Custom Search

Sabtu, 20 Desember 2008

The Heart Of Islam

Dalam sejarah umat manusia, Islam dianggap sebagai penerima wahyu terakhir sampai datangnya hari kiamat. Di sini perlu dijelaskan mengenai urutan proses dan tingkatan diri wahyu tersebut. proses pewahyuan terjadi karena kehendak Tuhan, namun tingkat keimanan seseorang juga mempengaruhi penerimaan wahyu itu sendiri.
Setiap wahyu mempunyai fungsi tersendiri sesuai zaman turunnya wahyu itu. Perubahan kualitas di dalam kehidupan terestrial menuntut perubahan segi pemikiran manusia yang secara otomatis pula menuntut adanya penundaan dan dispensasi baru dari Tuhan. Dispensasi atau keputusan baru itu menandakan awal dari sejarah manusia.
Filsof Karl Jaspers menyebut periode ini sebagai abad primitif. Namun ternyata melahirkan beberapa kebudayaan besar, seperti Konfusius, Lao Tze, Taoisme, agama Shinto, Budha Gautama, Zoroaster dan masih banyak lagi. Selain itu masih ada lagi paham Pitagorianisme yang sangat penting dalam kehidupan spiritual orang Yunani kuno. Banyak pula nabi-nabi Yahudi pada masa ini.
Orang akan mengira bahwa penurunan wahyu akan dihentikan pada abad primitif itu. Akan tetapi, kemunduran agama-agama Yunani dan Romawi di sekitar Laut Tengah serta melemahnya agama-agama Eropa bagian timur menciptakan kekosongan nilai yang hanya dapat diisi dengan wahyu yang baru. Maka ajaran Kristen pun diturunkan. Demikian pula yang terjadi dengan Persia.
Kelemahan internal agama Zoroaster dan agama-agama lain di wilayahnya masing-masing menciptakan kekosongan baru yang harus segera diisi. Karenanya, Islam turun untuk menegaskan kembali doktrin keesaan Tuhan secara utuh dalam skala universal setelah abad primitif dan masa kemunculan agama Kristen. Walaupun kelompok-kelompok keagamaan yang kecil bermunculan di sana-sini, tidak akan ada ajaran yang mapan setelah Islam.
Sebagai agama terakhir dari proses panjang pewahyuan ini, Islam tidak hanya berhubungan erat dengan ajaran-ajaran monoteisme lainnya, Yahudi dan Kristen, tetapi juga memiliki kaitan batin dengan agama-agama abad primitif dan juga Hindu. Persepsi keterkaitan inilah yang memudahkan Islam untuk menggabungkan beberapa ajaran kebaikan dan kebijaksanaan dari berbagai agama.

Al-Quran
Al-Qur’an, yang berarti bacaan, disepakati oleh semua muslim sebagai wahyu Kata-kata literal Tuhan yang diturunkan ke dalam hati, pikiran dan jiwa nabi Muhammad melalui malaikat penjaga wahyu, Jibril. Al-Quran adalah penampakan Tuhan yang utama dalam Islam dan sumber fundamental bagi konsepsi Islam tentang filsafat, kosmologi, teologi, hukum, etika dan sejarah, dan sekaligus menjadi pandangan dunia. Tidak ada satu kitab suci pun yang memiliki pengaruh begitu besar bagi umatnya selain Al-Quran bagi umat Islam.
Bagi umat Islam, Al-Quran adalah Kata-kata Tuhan, kalimat Allah. Segi lahir dan batin Al-Quran adalah sakral. Yang dimaksud dengan segi lahir adalah teks bahasa Arab, sedangkan segi batin adalah jiwa Al-Quran itu sendiri. Al-Quran yang berbhasa Arab adalah seperti tubuh Yesus dalam Kristen.
Seluruh teks Al-Quran berisikan 114 surah dan lebih dari 6.000 ayat diturunkan kepada Nabi Muhammad di Makkah dan Madinah dalam jangka waktu 23 tahun selama masa kenabiannya. Diyakini bahwa Tuhan memberikan kepada setiap nabi suatu mukjizat sesuai dengan yang dibutuhkan pada zamannya. Maka Tuhan mengirimkan sebuah kitab yang paling indah dan baik dari semua karya sastra Arab. Dan memang mukjizat paling besar dalam Islam adalah keindahan bahasa dan nilai sastra dalam Al-Quran. Karena keindahannya, banyak umat Islam telah dibuatnya menangis karenanya. Keindahan bahasa Arabnya membawa efek psikologis tertentu dan menggerakkan jiwa menuju Allah.
Al-Quran memuat beberapa ajaran pokok. Al-Quran berbicara tentang hakikat realitas, yaitu realitas Tuhan dan hubungannya dengan realitas alam dunia. Al-Quran menjelaskan panjang lebar hakikat alam dan dapat diesbut sebagai pembahasan area kosmos Islam yang terkait dengan proses pewahyuan Al-Quran. Dibicarakan juga tentang kehidupan para nabi sebagai pelajaran moral dan spiritual untuk kita yang hidup pada zaman ini. Urutan pembahasan berikutnya adalah aturan-aturan bagi individu dan masyarakat yang merupakan sumber paling utama hukum Islam. Selanjutnya, Al-Quran mengulang-ulang ajaran-ajaran etika dan pentingnya menjalani kehidupan yang bermoral dan terhormat. Terakhir, Al-Quran juga berbicara tentang peristiwa-peristiwa hari kiamat, akhir alam dunia, hari pembalasan,surga, kehidupan hari akhirat, dan neraka.

Nabi agama Islam
Al-Quran menjelaskan banyak hal tentang Nabi Muhammad (selanjutnya akan disebut Nabi). Disebutkan bahwa Nabi adalah seorang manusia biasa, bukan Tuhan, tetapi ditekankan bahwa Tuhan telah memilihnya sebagai utusan terakhir, “Nabi Penutup”, sehingga beliau diberi keutamaan dan kemuliaan serta dijadikan model untuk diikuti umat Islam. Seluruh umat Islam diwajibkan untuk mengikuti Sunnah atau kebiasaan-kebiasaan Nabi karena Nabi adalah Manusia Universal (Al-Insân Al-Kâmil).
Muhammad, berarti “yang paling terpuji”, adalah seorang yatim piatu sejak masa mudanya. Ia seorang yang jujur dan tulus sehingga diberi gelar Al-Amin (yang terpercaya). Beliau mempunyai kecenderungan kontemplatif yang kuat yang menyebabkannya sering bertafakur dan berkhalwat di pedalaman gua-gua. Beliau percaya kepada satu Tuhan sejak sebelum diangkat menjadi seorang nabi. Seorang pendeta Kristen, Bahirah, pernah meramalkan bahwa beliau akan menjadi seorang Nabi.
Istri pertamanya adalah seorang saudagar Makkah yang tertarik dengan kejujurannya. Nama perempuan itu Khadijah. Usianya lima belas tahun lebih tua dari Nabi. Sampai usia 50 tahun, Nabi menjalani kehidupan monogami tak terceraikan hingga kematian Khadijah. Hanya pada masa akhir hidupnya, Nabi melakukan poligami yang sebagian besar disebabkan oleh alasan politik, yaitu untuk menyatukan berbagai suku di jazirah Arab.
Nabi mendapat wahyu pada usia 40 tahun. Pertama kali hanya beberapa orang terdekat yang mempercayainya. Ajarannya adalah pesan monoteisme mutlak di satu kota yang menjadi pusat politeisme. Maka terjadi beberapa kali usaha pembunuhan terhadap Nabi dan pengikutnya. Mereka pun akhirnya pindah (al-hijrah), atas perintah Tuhan, dari kota Yastrib ke kota Makkah. Perpindahan ini merupakan titik awal bagi sejarah Islam yang kemudian berkembang dari sekelompok kecil pengikut menjadi satu bentuk komunitas yang sempurna.
Sebelum peristiwa hijrah itu, Nabi mengalami satu peristiwa penting. Peristiwa ini disebut al-mi’raj. Dalam peristiwa ini, Nabi menaiki seekor kuda supernatural yang bernama Al-Buraq melewati semua langit dan menuju ke hadapan Tuhan. Perjalanan ini menjadi idealisasi semua perjalanan spiritual dalam Islam. Dalam pertemuannya dengan Tuhan, Nabi menerima wahyu yang merupakan inti ajaran Islam : “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman...”
Tiga kota yang suci bagi umat Islam adalah Makkah, Madinah dan Yerusalem. Yerusalem diyakini sebagai tempat berlangsungnya peristiwa-peristiwa eskatologis. Madinah, yang disebut sebagai kota Nabi, dianggap suci karena di situlah terbentuk masyarakat Islam yang pertama. Setelah mengalahkan lawan-lawan perangnya, Nabi kembali ke Makkah untuk melakukan pembersihan Ka’bah terhadap semua berhala. Tindakan ini kemudian diikuti oleh semua orang Islam dan dikenal sebagai ibadah Haji.
Nabi wafat dengan meninggalkan wilayah Arab dalam keadaan bersatu, ia meninggalkan perdamaian di antara suku-suku yang sebelumnya bertikai.
Nabi memberikan keteladanan moral kerendahan hati, kemuliaan, keluhuran budi dan ketulusan. Menurut umat Islam, Nabi adalah model sempurna dari kebaikan total terhadap Tuhan dan terhadap sesama manusia. Cinta kepada Nabi adalah kewajiban semua umat Islam dan bahkan merupakan aspek mendasar bagi keimanan umat Islam. Kecintaan terhadap Nabi, baik Nabi Muhammad maupun nabi-nabi yang hidup di alam Islam, adalah kecintaan terhadap Tuhan.
Umat Islam tidak menganggap ajaran Islam bersifat eksklusif hanya karena ajaran Nabi menjadi agama penyempurna. Dalam pengertian filosofis, Nabi adalah manifestasi dari makrifat dan juga makrifat itu sendiri, yang merupakan awal perjalanan kenabian sekaligus akhirnya. Sebagai akhir dan penutup, Nabi secara esensial dan batiniah menampung ide dan fungsi keseluruhan kenabian dalam dirinya.
Mengucapkan salam kedamaian atas Nabi sangat penting bagi umat Islam. Doa kedamaian adalah satu-satunya doa yang bagi umat Islam dilakukan bersama-sama oleh Tuhan dan manusia.
Menghormati Nabi Muhamad tidak berarti tidak menghormati nabi-nabi sebelumnya sebagaimana tergambar dari banyak hadis. Perkataan-perkataan Nabi (Hadis) dalam bentuk jamaknya Ahadits, dikumpulkan setelah kematian beliau dan setelah melakukan penelitian kritis, disatukan dalam bentuk kitab oleh ulama-ulama sunni dan juga syi’ah. Secara tekhnis, Haddis adalah bagian dari sunnah, yang artinya seluruh perkataan, perbuatan, dan kebiasaan-kebiasaan Nabi. Sunnah merupakan model di mana orang muslim mendasarkan hidupnya.

Sikap Islam Terhadap Agama Lain Dalam Sejarah
Islam merupakan agama wahyu yang mengalmi kontak langsung dengan hampir semua agama mayoritas yang ada. Islam telah berhadapan dengan agama Yahudi dan Kristen di tempat kelahiran Islam sendiri di Arab dan selatan palestina, suriah dan Mesir. Di daerah-daerah lain dia berjumpa denga agama-agama lain seperti Buddha, Hindu, Konhucu, Taoisme, Zoroaster, dan kepercayaan-kepercayaan lainnya.
Dengan dasar Doktrin Al-Quran tentang universalitas keimanan dan sejumlah pengalaman historis yang bersifat global, budaya islam berkembang ke arah perspektif keagamaan yang mendunia dan kosmopolitan yang sama sekali tidak sebanding dengan apa yang terjadi dengan apa yang terjadi dalam agama lain sebelum abad modern.
Dalam konteks keagamaan yang global ini, tentu saja ajaran agama Yahudi dan Kristen merupakan ajaran kemana Islam memiliki keterhubungan yang paling kuat. Orang yang mematuhi Al-Quran dan memahami ajarannya akan menghormati nabi-nabi Yahudi termasuk Yesus dan Maria dalam Kekristenan. Islam melihat dirinya sebagai agama Ibrahim ketiga , yang ketiga-tiganya bersesuaian dalam sejumlah doktrin teologis, etika, dan peristiwa-peristiwa gaib, walaupun satu dengan yang lainnya ditandai dengan perbedaan yang diinginkan Tuhan sendiri. Islam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan terputuskan dari rumpun agama Ibrahim dan memandang dirinya sangat terkait erat dengan kedua agama monoteis yang mendahuluinya. Islam menggambarkan dirinya sebagai pelengkap kedua agama tersebut dan bentuk terakhir dari monotheisme Ibrahim, memperkuat ajaran-ajaran Yahudi dan Kristen, tetapi menolak segala bentuk ekslusivisme.

Siapakah Orang Beriman dan Siapakah Orang Kafir
Di dalam Al-Quran, iman menunjukkan pelaksanaan agama yang lebih baik dan mendalam, dan malah saat ini hanya orang-orang yang menjalankan agama mereka secara serius dan berbuat baik yang dinamakan mukmin atau orang beriman. Namun Islam tidak membatasi istilah mukmin hanya pada pemeluk agama Islam, tetapi ditunjukkan juga kepada orang yang beriman dari golongan agama lain. Dengan demikian siapa saja yang percaya pada Tuhan yang Esa atau “prinsip tertinggi” adalah orang yang beriman atau mukmin, dan yang tidak percaya adalah seorang yang ingkar atau kafir, terlepas dari apapun suku dan identitas keagamaan eksternal dan nominal orang tersebut.
Akan tetapi terjadi juga beberapa periode sejarah di mana istilah beriman hanya diperuntukkan bagi orang islam dan kafir mengacu pada warga non muslim, seperti pada masa imperum ‘utsmaniayah’ yang di dalamnya urang eropa dipanggil kuffar. Selain itu menjadi lebih sulit juga karena ternyata dalam sejarah ada sekelompok Islam tertentu yang mengecap kelompok muslim lainnya “kafir”, sebagaian menganggap yang lain musuh.
Namun yang menjadi initinya di sini adalah perlulah dilihat kembali permasalahan siapa yang disebut “orang percaya” atau mukmin atau kafir membutuhkan jawaban yang analitis dan mendalam dari pada yang bisa diberikan oleh buku-buku yang pada umumnya tersedia.

Islam dan Pluralisme Agama Sekarang Ini
Kaum muslim terus bersentuhan dengan kehadiran masyarakat agama lain disekeliling mereka sebagaimana halnya pada abad-abad yang lalu. Misalnya, di tengah-tengah Islam terdapat minoritas-minoritas kristen, yang terbesarnya ada di Mesir. Ada juga agama-agama minoritas lain seperti Yahudi, Zoroaster, Hindu, Buddha, Konfusianisme, dan Taoisme yang menyebar diberbagai agama Islam. Dalam sejarah kehidupan mereka berlangsung baik dan harmonis.
Hanya saja dalam kondisi-kondisi tertentu, ketika terjadi situasi politik yang memanas, hubungan antara kaum muslin dan agama-agama lain kemudian berubah karena diperalat. Selain itu rusaknya hubungan yang harmonis ini dipengaruhi oleh misioaris bebagai agama terutama kristen yang cendrung memaksa orang yang sudah beragama untuk masuk kristen. Hal ini bertentangan dengan yang dilakukan penginjil abad pertenahan yang datang berusaha beradaptasi dengan budaya setempat, sehingga mereka dihormati dan disegani tanpa usaha mengubah agama penduduk setempat.
Al-Quran mengatakan tidak ada paksaan dalam beragama (QS AL-Baqarah [2]:256). Justru menurut Islam keyakinanyang dipaksakan adalah penghinaan terhadap Tuhan dan marabat yang telah diberikan Tuhan. Mengenai masalah pindah agama (irtida`d) yang akan dihukum mati jika pindah agama. Hukum ini berlaku karena sebelum zaman modern orang menganut agama islam berarti menjadi warga negara Islam. Berarti yang dipersoalkan bukan hanya pindah agama tetapi juga menyangkut kewarganegaraan. Mengenai aturan ini banyak ditentang oleh piak Islam sendiri dan pelaksanaannya pun tidak konsisten.
Intinya bagi mayoritas muslin, doktrin universalitas agama dalam AL-Quran dan beragamnya nabi yang membawa risalah Tuhan yang satu masih menggema kuat di hati dan jiwa mereka. Mereka selalu ingat akan banyaknya ayat Al-Quran yang berkenaan dengan realitas satu Tuhan dan beragam wahyu yang diturunkan-Nya.

Ringakasan Buku: Paper Islamologi; STF Driyarkara

Tidak ada komentar: