Siang, malam, pagi merebak menungguh senja kehidupan yang akan berakhir. Gegap gempita dunia akan berakhir. Dunia yang begitu indah akan ditinggalkan dengan sebuah kenangan yang tidak akan pernah dilupakan. Seluruh sendi kehidupn akan berakhir dalam kekakuan.
Siang 10 desember 2008, saudaraku Ujang mengalami drop besar kesehatan. Oksigen pun dipasang. Ini merupakan puncak penderitannya selama kurang lebih 6 tahun. Rumah singgah menjadi rumah abadi baginya sampai suadari maut badani menjeputnya. Tempat tidur dan kursi roda menjadi bagian dari hidup. Saudaraku menahan penderiaan dalam kekakuan, tanpa kata dan hanya bisa membuka untuk makan, minum air dan obat. Hanya ada senyuman yang selalu terpancar dalam penderitaannya.
Sore 10 Desenber 2008, dokter Mariana memvonisnya tidak ada harapan untuk terus berjuang dalam hidup. Hanya ada satu jalan untuk mengakhiri penderitaannya, yaitu kematian. Suster Mei, Ibu Theres dan saudara Andre sudah pasrah dengan situsi ini.
Malam ini aku harus ke rumah singgah untuk bersama saudaraku menanti saudari Maut. Saya, Thomas, Suster Mei, Ibu Vero dan beberapa pasien di rumah singgah berjaga bersama menyongsong saudari maut bagi saudaraku. Saya takut, cemas dan gelisah ditengah situsi seperti ini. Pukul 19.00, oksigen yang membantunya untuk tetap bertahan habis. Tidak kata lain selain pasrah. Kami tidak bisa melakukan tindakan medis apapun karena segala usaha telah dilakukan. Ya......tinggal menungga waktu yang tepat untuknya.
Di ruang tengah, kami yang berjaga terus menungguh sambil bercerita dan menonton televisi, sesekali kami bergiliran melihat saudaraku yang berbaring emas di bilik belakang.
Pukul 12.00 saya mulai mengantuk, akupun pergi ke kamr untuk tidur. Ternyata saudara Thomas juga sudah mengatuk. Yang bertahan untuk berjaga hanya Suster Mei dan Ibu Vero.
01.00 Suster mei dan ibu Vero membangunkan kami berdua, karena Ujang kelihatan mulai lemas. Nafasnya sudah tidak terartur, apalagi hidungnya sudah penuh dengan busa. Saya sendiri sangat takut dalam situasi seperti ini, mungkin ini merupakan pengalaman pertama dalam hidup saya melihat hal seperti ini. Suster Mei pun menelpon dokter Mariana untuk melaporkan kondisi Ujang. Dari dokter Mariana kami mendengar kabar bahwa Oma Maria sudah meninggal 15 menit yang lalu. Oma Maria adalah salah seorang pasien yang beberapa hari yang lalu di pindahkan oleh pihak keluarga ke KKIT.
02.00 kami terhanyut dalam pembicaran mengenai oma Maria. Berkisah tentang pengalaman hidup bersama di rumah Singgah selama beberapa minggu sampai dia dipindahkan. Dan ketika Ibu Vero pergi melihat Ujang, ternyata dia sudah pergi. Dia sudah dijemput oleh saudara maut. Tanpa terasa aku mengelurkan air mata.
Aku tak sanggup melihat mukanya lagi, karena mukanya seolah-olah berubah. Saudara Thomas, Suster Mei dan Ibu Vero pergi membersihkan busa-busa dimulutnya, sedangkan saya menelpon saudara-saudara yang lain di biara. Untunglah saudara Wiwin cepat mengangkat telpon dan memberitahu saudara Andre bahwa Ujang meninggal. Dan di Biara Padua, Saudara Bovan memiliki firasat yang kurang baik, sehinngga tidak bisa tidur.
Sekitar pukul 03.00, saudara Andre dan Latief tiba kemudian disusul oleh Saudara Theo dan Bovan. Saya dan Suster Mei ke rumah ibu Rt untuk memberitahuan kematian ini. Karena saudara Ujang uslim, maka dia harus dimakankan dengan tata cara agama Islam. Sedangkan saudara Andre mengurus keuangan untuk semua keperluan dan saudara-saudara yang lain mengatur ruangan dan mempersiapkan segala sesuatu di rumah singgah.
04.00. Suster Mei dan saudara Theo, pergi membeli kain putih untuk membungkus Ujang. Dan kami yang lain membereskan berbagai hal di rumah singgah. Pagi harinya para saudara mulai berdatangan untuk bersama-sama mendoakans saudara Ujang kecuali beberapa saudara yang harus mengikuti ujian akhir semestre.
Tidak ketinggalan juga para saudara yang bertugas di kantor JPIC-OFM hadir, sampai-sampai mereka harus menundah rapat kerja untuk beberapa jam hanyak untuk melayat ujang. Rm Cristo, selaku wakil dari pihak keluarga pun menyampaikan beberapa pesan kepada saudara Ujang yang pada intinya adalah semoga ia beristirahat dalam damai.
Saudara Ujang pun diistirahatkan di Pemakaman umum Kawi-Kawi. Selamat jalan saudara, semoga engkau beristirahat dalam damai.( Sdr. Bastian Gaguk, OFM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar